Keburukan
dan kebaikan tidak bisa saling menutupi bahkan cenderung keburukan lebih dominan jika disatukan.
Peribahasa nila setitik merusak susu sebelanga jika di balik susu setitik
memperbaiki nila sebelanga adalah omong kosong. Jadi kebaikan seseorang yang
banyak bisa hancur oleh sekali perbuatan yang salah tetapi keburukan sebesar
apapun tidak bisa hilang oleh satu perbuatan baik. Tetapi juga ada pendapat
lebih baik menjadi mantan penjahat dari pada menjadi mantan kyai.
Betapa baik
kebaikan setelah keburukan. Betapa buruk keburukan setelah kebaikan.
Manusia akan
lebih banyak melihat dari sisi keburukannya dari pada kebaikannya. sedang Allah
melihat keduanya dengan seadil-adilnya.
Seseorang yang telah mengikat dirinya dengan
tonggak dunia, dia akan selalu melihat dengan sebelah mata, kebaikan orang lain
sebagai persahabatan dan keburukan orang lain sebagai permusuhan.
Padahal dia lupa, bahwa kebaikan orang lain bisa menjadi pedang bermata dua yang mengirisnya, dan keburukan orang lain bisa menjadi hikmah baginya untuk memperbaiki diri.
Padahal dia lupa, bahwa kebaikan orang lain bisa menjadi pedang bermata dua yang mengirisnya, dan keburukan orang lain bisa menjadi hikmah baginya untuk memperbaiki diri.
Hingga suatu saat kau akan melihat kebahagiaan
muncul dari dalam dada penderitaan, dan penderitaan lahir dari pucuk-pucuk
kebahagiaan. (travelandtourismtoday.blogspot.com )
Konsep kebaikan dan keburukan
Ada orang yang memiliki pengertian yang lengkap tentang kebaikan dan keburukan. Ia bisa menerangkan dengan lancar segi-segi dan kriteria-kriteria yang berhubungan dengan kebaikan atau keburukan itu. Tetapi pengertiannnya itu tidak mengantarnya pada perbuatan kongkrit. Pengertiannya tentang kebaikan atau keburukan berhenti pada konsep, sementara perbuatan yang dilakukan sama sekali tidak diilhami oleh pengertiannya tentang kebaikan atau keburukan. Model orang seperti ini biasanya terdapat pada orang intelek yang jahat atau penjahat yang jenius.
Pengenalan kepada kebaikan dan keburukan
Kata mengenal mempunyai muatan yang berbeda dengan kata mengetahui. Orang Arab menggunakan kata ma'rifat untuk menyebut pengenalan dan kata 'ilm untuk menyebut pengetahuan, Pengetahuan merupakan aspek kognitip sedangkan pengenalan sudah menyentuh aspek afektip. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu belum tentu memotivisir tingkahlaku yang mendukung pengetahuannya, tetapi orang yang mengenal tentang sesuatu, kalau toh tidak melakukan sesuatu yang sejalan dengan pengenalannya, sekurang-kurangnya ia simpati atau empati terhadapnya. Orang yang memiliki banyak pengetahuan tentang nilai-nilai kebaikan boleh jadi ia bisa menjadi dosen ilmu etika atau menulis buku tentang etika, tetapi belum tentu perbuatannya sesuai dengan pengetahuan yang diajarkan dan ditulisnya. Tetapi orang yang sudah mengenal nilai-nilai kebaikan, ia bukan hanya mengetahui tetapi merasakan makna dari suatu perbuatan baik, dan dapat merasakan penderitaan korban dari perbuatan kejahatan. Orang yang sudah mengenal kebaikan, kalau toh ia belum menjadi orang baik, sekurang-kurangnya ia sudah bercita-cita untuk menjadi orang baik. Ia mau membantu orang lain yang sedang berusaha untuk menjadi orang baik, dan kalau toh ia belum bisa menjadi orang baik, ia selalu menyesali dirinya mengapa ia belum bisa. Ia sudah mencintai kebaikan yang sudah ia kenali meski ia belum bisa memeluknya erat-erat.
Kecenderungan Jiwa kepada Kebaikan atau Keburukan
Seseorang pada tingkatan ini, pengetahuan dan pengenalannya terhadap kebaikan dan atau keburukan telah menjadi bagian dari jiwanya, sehingga jika ia orang baik, maka berbuat baik itu sudah merupakan spontanitas, tanpa memikirkan untung rugi dan resikonya. Demikian juga jika ia orang jahat maka berbuat jahat sudah merupakan spontanitas tanpa memikirkan resiko bagi dirinya maupun akibat buruk yang akan menimpa korban kejahatannya. Orang baik pada tingkatan ini alergi kepada perbuatan buruk, sebaliknya orang jahat pada tingkatan ini juga alergi terhadap perbuatan baik. Pada tingkatan inilah seseorang dianggap sudah berakhlak, akhlak baik atau akhlak buruk, karena nilai-nilai kebaikan atau keburukan telah mewarnai keadaan batinnya, keadaan jiwanya. (Mubarok institute )
SEMOGA BERMANFAAT.
0 komentar: