Ini merupakan sebuah doa wajib yang dahsyat jika kita mengetahuinya. “Tunjukilah kami jalan yang lurus”. Minimal 17 kali bibir kita mengucapkan dalam sehari. Karena tertera sebagai ayat 6 dari Al Fatihah.
Dulu ketika kita masih SD dan SMP, kita diajarkan pak guru
bahwa makna “As-sirat” adalah sebuah jembatan di jurang neraka yang
menghubungkannya ke syurga. Dimana dibawah jembatan tersebut adalah lokasi
neraka. Jembatan tersebut sangat tajam, dan data fisiknya adalah seperti rambut
yang dibagi tujuh (sangat-sangat kecil bukan!). Kita beranggapan pasti nggak
ada yang selamat melewatinya. Tetapi pak guru bijak menambahkan, semua akan
bisa lewat!!. Kuncinya adalah Beriman. Ada yang merangkak, ada yang jalan
biasa, ada yang ssecepat kilat bahkan ada yang naik domba atau sapi. Bagi yang
tidak beriman dipastkan akan jatuh tergelincir masuk ke neraka dibawahnya.
Ternyata didalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan
bahwa Siratal Mustaqim adalah Kitabullah (Al Qur’an). Menurut pendapat lain,
adalah al-IslamAda sebuah hadist yang yang diwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
kitab Musnadnya. Dimana artinya menguatkan pemaknaan diatas.
“Allah membuat suatu perumpamaan, yaitu sebuah
jembatan yang lurus, pada kedua sisinya terdapat dua tembok yang mempunyai
pintu-pintu terbuka, tetapi pada pintu-pintu tersebut terdapat tirai yang
menutupinya, sedangkan pada pintu masuk ke jembatan itu terdapat seorang juru
penyeru yang menyerukan, “Hai manusia, masuklah kalian semua ke jembatan ini
dan janganlah kalian menyimpang darinya”. Dan diatas jembatan terdapat pula
seorang juru penyeru, apabila ada seseorang yang hendak membuka salah satu dari
pinti-pintu (yang berapa pada kedua sisi jembatan) itu, maka para juru penyeru
berkata, “Celakalah kamu, janganlah kamu buka pintu itu, karena sesungguhnya
jika kamu buka niscaya kamu akan masuk kedalamnya. “Jembatan itu adalah
al-Islam, kedua tembok itu adalah batasan-batasannya (hukuman-hukuman had)
Allah, sedangkan juru penyeru yang berada di depan pintu jembatan adalah
Kitabullah, dan juru penyeru yang diatas jembatan itu adalah nasihat Allah yang
berada dalam kalbu setiap orang muslm”.
Pendapat yang lain tentang jalan yang lurus
adalah perkara yang hak. Dan yang terakhir menyatakan bahwa yang dimaksud jalan
yang benar adalah Nabi SAW sendiri dan Kulafaur Rashidin (penggantinya).
Semua pendapat tersebut benar, satu dengan yang
lain saling menguatkan dan membenarkan. Karena barang siapa mengikuti Nabi SAW
dan sahabatnya berarti dia mengikuti jalan yang hak (benar). Dan barang siapa
mengikuti jalan yang benar, berarti dia mengikuti jalan Islam. Barang siapa
mengikuti jalan Islam, berarti mengikuti Al Qur’an, yaitu Kitabullah atau tali
Allah yang kuat dan lurus.
Allah telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya
yang beriman untuk selalu mengucapkan doa berikut :
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya
Engkaulah Maha Pemberi (karunia)” (TQS. Ali Imran :03:08).
Semoga kita bisa melalui jalan yang lurus tanpa
berhenti, berbelok dan tergoda untuk menyimpang sampai akhir hayat. Amin
SOMOGA BERMANFAAT.
Diambil dari onlane.com
SOMOGA BERMANFAAT.
Diambil dari onlane.com
0 komentar: